Hasil Wawancara dan Observasi Manajemen Industri Pada Tahu 151A Abian Tubuh

Anggota Kelompok :

Nyiayu Kaisya Tara Tazkia (J1A02310084)

Qiamullaeli (J1A02310085)

Rara Junianti Wahyuni (J1A02310086)

Reka Sumalia (J1A02310087)

Resa Niswari (J1A02310088)





Pada hari Kamis, 20 November 2025, kami melakukan observasi langsung sekaligus wawancara mendalam dengan pemilik UMKM Tahu 151 A di Abian Tubuh. Kegiatan ini bertujuan untuk memahami bagaimana usaha tahu tradisional yang telah berdiri sejak 1968 ini mengelola usaha mereka hingga dapat eksis sampai saat ini.

Selama kunjungan, kami melihat secara langsung proses pembuatan tahu dari awal hingga akhir, mengamati kondisi ruang produksi, dan mempelajari sistem kerja para pekerja. Wawancara dengan pemilik memberikan banyak informasi berharga yang dapat membuat kami belajar banyak mengenai industri tahu ini. 

Tahu 151 A telah menjadi salah satu produk yang cukup populer di kalangan masyarakat, bahkan menarik perhatian para wisatawan. Usaha yang dirintis oleh H. Abdul Muhamimin sejak tahun 1968 ini memiliki pelanggan tidak hanya dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri. Banyak wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, yang sengaja mencari tahu ini sebagai oleh-oleh khas. “Sebagian besar pelanggan kami berasal dari luar daerah,” ujar H. Abdul Muhamimin, pemilik Tahu 151 A. UMKM ini berada di kelurahan Abian Tubuh, Kecamatan Sandubaya, Kota Mataram. Usaha ini berfokus pada produksi tahu putih sebagai produk utamanya.



Funn fact nama Tahu 151 A punya makna yang dalam bagi owner. Angka 1 melambangkan tujuan manusia hidup yaitu untuk selalu beribadah, baik berupa solat, berdagang, berbuat baik dan sebagainya. Angka 5 berarti salah satu bentuk ibadah yang dilakukan adalah salat 5 waktu, dan huruf A merujuk pada Allah SWT sebagai Zat yang memberi rezeki dalam setiap langkah usaha. Owner percaya bahwa segala urusan sudah diatur oleh Allah, dan sebanyak apa pun rezeki yang diperoleh, kewajiban untuk berbuat baik dan menjaga salat 5 waktu tidak boleh ditinggalkan. Dari filosofi inilah Tahu 151 A lahir dan terus berkembang.

Hasil Wawancara dengan Owner 

Pada aspek produksi owner menjelaskan bahwa pembuatan tahu dilakukan setiap hari setelah subuh, proses produksi dimulai. Kedelai direndam, digiling, dimasak, disaring, dicetak, lalu direbus ulang untuk menghasilkan tahu yang lebih padat dan tahan lama." Tahunya direbusnya dua kali, supaya tahan lama, dan bisa langsung dikonsumsi, itu yg menjadi ciri khas dari tahu kami yang berbeda dengan tahu yang lain" kata ownernya menjelaskan. Meskipun prosesnya sederhana, kebersihan tetap menjadi prioritas. Beliau menekankan bahwa konsistensi rasa adalah hal yang paling dijaga, dan tahu yang tidak memenuhi standar internal tidak akan dijual kepada konsumen. 


Menjaga kualitas adalah prinsip utama yang selalu dipegang oleh Bapak Muhaimin dalam mengelola usahanya. Ia memastikan bahwa setiap proses produksi dilakukan dengan teliti, dimulai dari pemilihan kedelai. Sebelum digunakan, kedelai terlebih dahulu dijemur, dibersihkan, kemudian direbus. Menurutnya, kedelai harus benar-benar bersih dan tidak bercampur ampas, karena kondisi bahan baku sangat mempengaruhi mutu tahu yang dihasilkan. Ia menegaskan bahwa jika kedelai masih mengandung banyak ampas, jumlah tahu yang dihasilkan memang bisa lebih banyak, tetapi kualitas rasanya akan menurun. Baginya, konsumen dapat langsung menilai kualitas melalui rasa. “Memang bisa produksi lebih banyak, tetapi kalau kualitas turun, saya tidak mau seperti itu,” ujarnya.

Owner berkomitmen untuk mempertahankan kualitas tersebut sampai kapan pun dengan terus menjaga cara pengolahan serta bahan baku yang dipakai. Menurutnya, lidah konsumen tidak bisa dibohongi; mereka akan langsung merasakan apakah makanan itu enak atau tidak. Karena itu, kualitas merupakan hal yang harus dijaga sejak usaha ini dirintis pada tahun 60-an. “Dalam bisnis ini, kami mengutamakan kualitas. Kalau itu hilang, pelanggan pasti akan pergi,” jelasnya.

Beliau juga menambahkan bahwa dalam satu hari proses produksi dapat mencapai sekitar 7 cetakan, dan setiap cetakan menghasilkan sekitar 100 potong tahu.

Tata letak ruangan disusun memanjang dan berurutan, mulai dari bahan baku masuk hingga produk keluar, sehingga alur perpindahan bahan lebih lancar dan tidak saling bertabrakan. Area pertama yang digunakan adalah ruang penerimaan dan penyimpanan kedelai, tempat bahan baku disimpan sebelum dijemur. Setelah itu, kedelai dibawa ke area penjemuran, yang letaknya terpisah dari dapur produksi untuk menjaga kebersihan. 



Dari sisi keuangan, pemilik menerapkan pencatatan dengan teratur untuk memantau pemasukan dan pengeluaran harian. Biaya produksi dapat ditekan melalui penggunaan tungku berbahan bakar ampas kacang. Selain itu, sebagian pendapatan disisihkan sebagai dana cadangan untuk mengantisipasi kenaikan harga kedelai atau kebutuhan mendadak lainnya, sehingga usaha tetap stabil meskipun menghadapi fluktuasi biaya. 

Terkait sumber daya manusia, para pekerja Tahu 151 A sebagian besar merupakan anggota keluarga dan warga sekitar. Rekrutmen dilakukan secara informal tanpa proses seleksi khusus, karena calon pekerja biasanya sudah familiar dengan proses produksi. Pembagian tugas dilakukan secara fleksibel sesuai kebutuhan, dan hubungan kerja dijaga dengan rasa saling percaya serta suasana kekeluargaan.

Dalam hal pemasaran, pemilik menjelaskan bahwa pada awal berdirinya usaha ini memasarkan produk dengan cara berkeliling menggunakan sepeda. Namun seiring perkembangan zaman, Tahu 151 A mulai memanfaatkan media sosial seperti WhatsApp, Facebook, dan Instagram untuk memperluas jangkauan pasar. Produk juga dikemas dengan lebih menarik sehingga cocok dijadikan oleh-oleh, terutama bagi wisatawan yang datang berkunjung.


Untuk pengelolaan limbah, H. Abdul Muhamimin menuturkan bahwa limbah cair dialirkan ke saluran khusus agar tidak mencemari lingkungan sekitar. Sementara itu, limbah padat berupa ampas kedelai dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pakan ternak sehingga tidak terbuang percuma dan memberikan nilai tambah bagi warga lingkungan sekitar. "dulu sempat menjadi masalah terkait limbah tahu ini karena bisa mencemari sungai yang ada di daerah ini, akhirnya dari komplain masyarakat kita akhirnya menampung limbah tahu ini, karena jumlahnya tidak terlalu banyak, kadang dipakai untuk menyiram tanaman" kata owner selama proses wawancara.





Comments