Susu Steril dan Susu Pasteurisasi. Apasih Bedanya???

Susu steril dan susu pasteurisasi adalah dua jenis pengolahan susu yang dilakukan untuk memperpanjang umur simpan dan memastikan keamanan susu dari kontaminasi mikroorganisme patogen. Meskipun keduanya bertujuan untuk meningkatkan keamanan dan daya tahan susu, metode pengolahannya berbeda secara signifikan, yang memengaruhi kualitas, rasa, dan nilai gizi susu tersebut.

A. Susu Pasteurisasi

Pasteurisasi adalah proses pemanasan susu pada suhu tertentu dalam jangka waktu tertentu untuk membunuh mikroorganisme patogen tanpa merusak kandungan gizi dan kualitas rasa susu secara signifikan. Proses ini dinamai setelah ilmuwan Louis Pasteur, yang mengembangkan metode ini pada abad ke-19. Ada beberapa metode pasteurisasi, seperti pasteurisasi cepat (HTST atau High-Temperature Short-Time) yang memanaskan susu pada suhu sekitar 72°C selama 15-20 detik, dan pasteurisasi ultra-pasteurisasi (UHT atau Ultra-High Temperature) pada suhu lebih tinggi, sekitar 135-150°C selama beberapa detik. Pasteurisasi mengurangi jumlah bakteri patogen dan meningkatkan umur simpan susu, tetapi tidak menghilangkan semua mikroba, sehingga susu pasteurisasi biasanya tetap membutuhkan pendinginan untuk menjaga kesegaran.

Susu Pasteurisasi 

Susu yang dipasteurisasi tetap mengandung beberapa enzim yang mungkin masih aktif, yang dapat memengaruhi kualitas susu seiring waktu. Selain itu, pasteurisasi dapat mengubah beberapa vitamin, seperti vitamin B dan C, tetapi perubahan ini relatif kecil dan tidak signifikan untuk kesehatan.

B. Susu Steril

Sterilisasi adalah proses yang lebih intensif dibandingkan pasteurisasi, di mana susu dipanaskan pada suhu yang lebih tinggi, biasanya 110-130°C, dalam jangka waktu yang lebih lama (10-30 menit) atau bahkan dalam kondisi uap tekanan tinggi. Tujuan dari sterilisasi adalah untuk membunuh semua mikroorganisme, termasuk spora bakteri, yang tidak dapat dihilangkan dengan pasteurisasi biasa. Proses ini membuat susu steril lebih tahan lama dibandingkan susu pasteurisasi dan memungkinkan susu disimpan dalam suhu kamar selama beberapa bulan tanpa pembusukan.

Susu Steril

Namun, proses sterilisasi memiliki beberapa dampak negatif pada kualitas susu. Proses pemanasan yang tinggi dapat merusak sebagian besar vitamin, terutama vitamin B dan C, serta menyebabkan perubahan dalam rasa dan bau susu. Susu steril sering kali memiliki rasa yang sedikit berbeda, cenderung lebih "karamel" atau "cooked" karena reaksi Maillard yang terjadi selama proses pemanasan. Susu ini juga bisa memiliki tekstur yang lebih kental atau lebih pekat dibandingkan susu pasteurisasi.

-Perbedaan Utama Antara Susu Steril dan Susu Pasteurisasi

Perbedaan utama antara susu pasteurisasi dan susu steril terletak pada suhu dan durasi pemanasan yang digunakan. Pasteurisasi memanaskan susu pada suhu yang lebih rendah dan dalam jangka waktu yang lebih singkat, sehingga sebagian besar vitamin dan kualitas susu tetap terjaga, tetapi tidak sepenuhnya membunuh spora bakteri. Susu steril, di sisi lain, dipanaskan pada suhu lebih tinggi dalam jangka waktu lebih lama, yang membunuh semua mikroorganisme, termasuk spora, sehingga memiliki umur simpan yang lebih lama namun mengorbankan sebagian kualitas gizi dan rasa.

-Keunggulan dan Kekurangan

Susu pasteurisasi lebih baik dalam mempertahankan rasa, nutrisi, dan kandungan gizi yang lebih mendekati susu segar dibandingkan dengan susu steril. Namun, susu pasteurisasi memiliki umur simpan yang lebih pendek dan memerlukan penyimpanan dalam lemari es. Susu steril memiliki keunggulan dalam hal daya simpan yang lebih lama dan lebih aman untuk disimpan pada suhu kamar, menjadikannya pilihan yang praktis untuk distribusi dalam jangka panjang, terutama di daerah dengan akses terbatas ke fasilitas pendingin. Kekurangannya adalah perubahan rasa, penurunan kandungan gizi, serta potensi kehilangan beberapa kualitas organoleptik.

-Pengaruh Kesehatan dan Konsumsi

Meskipun susu pasteurisasi dan susu steril aman untuk dikonsumsi, perbedaan dalam proses pengolahan dapat mempengaruhi keputusan konsumen berdasarkan preferensi rasa, kenyamanan, dan kebutuhan gizi. Konsumen yang peduli dengan rasa dan kandungan gizi mungkin lebih memilih susu pasteurisasi, sementara mereka yang mengutamakan umur simpan yang panjang dan kenyamanan penyimpanan mungkin lebih memilih susu steril.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, baik susu pasteurisasi maupun susu steril memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pilihan antara keduanya tergantung pada kebutuhan dan preferensi konsumen, serta kondisi distribusi dan penyimpanan. Susu pasteurisasi tetap menjadi pilihan populer untuk konsumen yang menghargai kualitas rasa dan gizi, sedangkan susu steril sangat berguna dalam kondisi di mana penyimpanan yang tidak memerlukan pendinginan menjadi penting.


Comments