Produk Pangan Kadar air Tinggi, Aw Rendah

Dodol adalah produk pangan tradisional yang populer di berbagai negara Asia, termasuk Indonesia. Dodol memiliki ciri khas berupa tekstur kenyal dan kental dengan rasa manis yang kuat. Produk ini dibuat dari bahan-bahan seperti ketan, gula merah atau gula pasir, santan, dan terkadang tambahan bahan seperti kacang atau durian untuk variasi rasa. Proses pembuatan dodol memerlukan waktu yang cukup lama karena adonan harus terus diaduk hingga kental dan mengental menjadi bentuk yang diinginkan.


Meskipun dodol memiliki kadar air tinggi, produk ini memiliki aktivitas air (aw) yang relatif rendah dibandingkan dengan makanan basah lainnya. Aktivitas air adalah ukuran yang menunjukkan seberapa banyak air bebas dalam makanan yang tersedia untuk mendukung pertumbuhan mikroorganisme. Dodol memiliki aw rendah, yang berarti meskipun mengandung kadar air cukup tinggi (biasanya antara 20-30%), air tersebut terikat dalam struktur adonan sehingga tidak tersedia untuk mikroba. Dengan kata lain, meskipun dodol terlihat lembap dan kenyal, air yang terkandung dalam dodol tidak cukup bebas untuk mendukung pertumbuhan bakteri atau jamur. Hal ini menjadikan dodol lebih tahan lama dan dapat disimpan lebih lama dibandingkan produk yang memiliki kadar air tinggi dan aw tinggi.

Ketahanan dodol sebagai produk pangan cukup baik meskipun memiliki kadar air yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor:

1. Kandungan Gula yang Tinggi: Dodol mengandung gula dalam jumlah besar, yang berfungsi sebagai pengawet alami. Gula mengikat air dan mengurangi aktivitas air (aw) dalam produk, sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Ini membuat dodol lebih tahan lama dibandingkan produk dengan kadar air tinggi dan aw tinggi.


2. Proses Pemasakan yang Lama: Selama pembuatan dodol, adonan dimasak dalam waktu yang lama hingga kental. Proses pemasakan ini membantu mengurangi jumlah air bebas dan meningkatkan ketahanan produk terhadap pertumbuhan mikroorganisme.


3. Kandungan Santan: Santan yang digunakan dalam dodol memberikan rasa dan tekstur yang kaya, namun juga memiliki sifat pengawet alami. Meskipun santan mengandung lemak, lemak ini tidak cukup untuk mencegah pertumbuhan mikroba secara efektif, tetapi mengurangi kelembapan bebas yang bisa diakses oleh mikroorganisme.


Ketahanan dodol dapat bervariasi tergantung pada kondisi penyimpanan. Dodol yang disimpan dalam suhu kamar biasanya dapat bertahan selama beberapa minggu hingga beberapa bulan, tergantung pada kelembapan dan kondisi lingkungan. Jika disimpan dalam suhu yang lebih dingin atau dalam kemasan vakum, ketahanannya bisa lebih lama. Namun, dodol juga rentan terhadap perubahan tekstur dan rasa jika disimpan terlalu lama atau dalam kondisi lembap, yang dapat mempengaruhi kualitasnya. Oleh karena itu, untuk menjaga kualitasnya, dodol sebaiknya disimpan di tempat yang kering dan sejuk, serta dalam kemasan yang tertutup rapat.




Comments